www.masterjoseonscene.blogspot.com

Menyiksa Ardian Hadinata dengan kejam sebelum dinikmati

Perkenalkan namaku Jose Santoz. Waktu aku masih bertugas di polisi militer aku punya anak buah bernama Ardian Hadinata. Dia berpangkat Sertu (sersan satu), umurnya sekitar 23 tahun. 
Seperti umumnya anggota polisi militer, Ardian Hadinata orangnya tinggi ramping, sekitar 170 cm dengan berat 60 kg. Tubuhnya kelihatan ramping, tapi kalau bajunya dilepas maka tampak tubuhnya yang atletis, berotot ketat dengan otot dada yang sangat menonjol ke depan dan otot perut yang ketat rata bertonjolan. Otot lengan, tungkainya juga atletis ketat dan dengan kulit yang teksturnya kelakian-lakian tapi mulus merangsang. Kulitnya berwarna coklat muda dan kedua puting susunya tampak ketat dan melenting. 
Ardian Hadinata juga berwajah ganteng. Kumis dan janggutnya yang tercukur rapi itu membiaskan warna agak kehitaman yang membuat aku sering terangsang jika melihat Ardian Hadinata. Apalagi Ardian Hadinata orangnya rapi dan bersih dan berlatar belakang sarjana muda. Aku tidak pernah bertanya lebih dalam tentang diri nya, aku sudah puas bisa menikmati ketampanan dan kejantanannya dengan pandangan mataku. Jika sedang latihan karate bersama Ardian Hadinata maka baju karatenya bagian depan sering agak tersingkap sehingga tampaklah belahan dadanya yang ketat dan berkilat oleh keringat, ini membuat kontolku jadi ngaceng berat sampai lubangnya memancarkan mazi (pre-cum). 
Jika dia sedang bertelanjang dada apalagi kalau dia mengenakan kancut waktu latihan renang maka perasaanku makin menggila, kontolku terasa tegang dan badanku lemas karena frustasi tidak bisa menuntaskan dan melampiaskan nafsuku padanya.
Sebenarnya aku tidak suka ketiak yang berambut terlalu lebat, tapi jika melihat ketiak Ardian Hadinata yang berambut hitam dan lumayan banyak itu maka kontolku langsung ngaceng, tegang terangsang. Yang aku suka, entah Ardian Hadinata pakai sabun atau parfum atau deodoran apa, yang pasti tubuhnya tidak pernah memancarkan bau yang tidak sedap, bahkan cenderung berbau harum (Aku tidak suka lelaki bau!).
Sudah satu tahun Ardian Hadinata jadi bawahanku di suatu markas polisi militer. Dengan sengaja aku mengembangkan hubungan pribadi dengan Ardian Hadinata, yang membikin dia taat dan setia kepadaku. Ardian Hadinata orangnya juga jujur dan correct. Dalam usia 25 tahun Ardian Hadinata masih bujangan. Hal ini membuatku mudah untuk memberi perintah pada Ardian Hadinata untuk membantu pekerjaanku di rumah. Meskipun aku seorang homoseks tulen 100%, tapi aku terpaksa menikah demi karir militerku. Aku berpura-pura cukup "bahagia" dengan pernikahanku, meskipun aku sama sekali tidak menikmati hubungan badan dengan isteriku dan kami tidak dikarunia anak. Isteriku juga tidak tahu bahwa suaminya seorang homoseks berat!   

Kedekatanku dengan Ardian Hadinata lama-lama melampaui batas kewajaran
hubungan atasan-bawahan di militer. Dengan mengatakan pada isteriku: "ada urusan dinas", aku sering mengajak Ardian Hadinata ke luar kota, menyuruh dia yang menyetir mobil dan singgah di daerah pegunungan untuk "beristirahat". Mula-mula Ardian Hadinata aku suruh tidur di kamar lain, lama-kelamaan aku menyuruh Ardian Hadinata tidur sekamar denganku. Sebagai bawahan dia menurut saja.
Di resort wisata yang punya fasilitas olahraga lengkap aku sering mengajak dia jogging bersama, main tenis, fitness, latihan beban dan berenang. Berkat latihan fisik seperti itu, tubuhku dan tubuh Ardian Hadinata makin berotot saja. Aku rajin olahraga agar bisa dekat-dekat dengan Ardian Hadinata dalam keadaan dia tampak sedang seksi bercucuran keringat. Percuma saja, karena aku tidak pernah berhasil membaui bau badan Ardian Hadinata.
Karena aku "orang baik" isteriku tidak pernah curiga, apalagi aku selalu kontak dengan handphone. Setiap habis berenang aku ingin memerintahkan Ardian Hadinata membilas badan dalam satu kamar mandi denganku, sehingga aku bisa menikmati tubuh jantannya yang telanjang bulat. Tapi selalu saja kuurungkan karena belum-belum aku sudah ngaceng berat.
Dengan keahlianku main sandiwara, Ardian Hadinata tidak curiga dengan aku. Padahal aku sedang mencari jalan yang paling elegan untuk bisa menikmati tubuhnya (Pembaca bisa menilai betapa kuatnya aku menahan gairah seksualku padahal aku sudah ngebet bukan main dengan Ardian Hadinata-ku tersayang).
Akhirnya kesempatan itu datang bukan di tourist resort, tetapi di kantor. Yaitu pada suatu libur panjang, dimana ada 3 hari libur (Sabtu, Minggu, Senin). Aku mengajak Ardian Hadinata ke kantor untuk "inspeksi". Setelah pura-pura berkeliling markas, aku minta kunci kamar tahanan dan menyuruh Ardian Hadinata menemani ku. Kebetulan saat itu tahanan sedang kosong, sehingga tidak ada piket yang jaga di kamar tahanan.
Setelah berpura-pura melihat-lihat kamar tahanan yang kosong itu, aku suruh Ardian Hadinata mengikuti aku ke kamar interogasi yang merangkap kamar siksa. Di kamar itu biasanya para tahanan militer diinterogasi sambil disiksa (baik perlu atau tidak perlu). Karena itu kamar siksa itu juga di lengkapi dengan tiang, kursi, meja yang dapat digunakan untuk menggantung atau memasang tahanana waktu akan menyiksa mereka. Berbagai alat penyiksaan juga tersedia disitu : cemeti, penyengat listrik, alat penjepit puting susu. Bahkan ada alat-alat untuk menyunat yang dapat digunakan untuk menyunat tahanan yang kontolnya masih berkulup - tanpa anestesi.
Sesampainya di kamar siksa, dengan sigap pintu aku kunci dan Ardian Hadinata aku terjang. Dia kaget!. Segera aku kuasai Ardian Hadinata, dan setelah aku berhasil membekuknya (tidak sukar, karena Ardian Hadinata menurut saja!), segera aku lucuti baju dan celananya, sehingga dia hanya mengenakan kancut saja.
Dia masih menurut, walaupun matanya memandang dengan penuh tanda tanya. Aku malah mengerling padanya dengan nakal. Aku sudah nekat, segera kancutnya pun aku renggut ke bawah hingga dia telanjang bulat dan aku bisa menikmati pemandangan jembut yang hitam lebat
dan kontolnya yang besar dan sudah disunat ketat. Amat menggairahkan!. Aku dorong dia ke bangku kuda-kuda untu menyiksa dan dengan tendangan keras aku paksa dia berlutut. Lalu dengan sebuah cemeti besar aku hajar punggung, pantat dan paha serta betisnya dengan ayunan keras : "CETTARR..CETTARR..CETTARR". Berkali-kali sepuasku. Tubuhnya yang atletis dan telanjang bulat itu menggeliat dan menggelinjang kesakitan tiap kali cemeti besar itu menghunjam kulitnya, bilur-bilur lecet berdarah mulai muncul di badannya. Aku sudah masuk puncak kegilaan seksual, aku angkat tubuhnya dan aku telentangkan Ardian Hadinata ke lantai lalu aku ciumi bibirnya, kemudian lehernya sambil tanganku sibuk menelanjangi diriku sendiri. Aku lumat bibir Ardian Hadinata, aku jilati leher, puting susunya dan akhirnya kontolnya yang sudah menegang keras, merah dan berkilat aku isap , jilat dan sedot. Tak putus-putusnya akau merangsang, menggosok, memijit kedua puting susunya yang sudah keras dan ketat itu. Juga aku menjepit pinggulnya dengan kedua lututku.
Aku tebus semua rasa pedih akibat lecutanku yang keras tadi dengan belaian dan rangsangan pada bagian tubuhnya yang sensitif. Setelah puas dan masing-masing kami mencapai telah orgasme serta memancarkan pejuh, aku ciumi dia dan aku bisikkan kata-kata sayang dan permohonan maaf. Dia meneteskan mata, aku peluk tubuhnya yang masih telanjang bulat dengan tubuh bugilku. lalu cepat-cepat aku dadani dia dan aku pun segera mengenakan pakaianku lagi. Aku lepaskan borgolnya dan aku bantu dia bangkit.
Aku kembali memeluk dia dan minta maaf. Dia masih diam termangu. Aku ambil botol berisi aqua dan kuberi minum dia, dia menurut dan mau minum (air di botol aqua itu biasanya dipakai untuk membikin frustasi tahanan yang sedang disiksa sampai kehausan. Jadi diulurkan botol berisi air tapi tahanan tersebut tidak dibiarkan minum). Aku mengelus-ngelus punggungnya yang keras dan matanya masih merah menangis.Mungkin dia kesal dan marah atas kekejianku.
Setelah dia tenang, cepat-cepat dia kubawa pulang. Akibat perbuatanku, Ardian Hadinata bengong selama 2 hari. Tapi untunglah dia tidak berubah sikap padaku, bahkan lama-lama dia makin terlatih melayani nafsuku. Yaitu setelah terlebih dulu aku hajar dia sampai babak belur.